Tunjuk saja !

di sana...
aku melihat bintang sedang bertaruh
begitu masyuk dalam helat malam
sengaja mempertontonkan kekompakan
demi terwujud gelat rasa

di sana...
ada sekelompok awan gelap sedang bercengkrama
seloroh ringan penuh cibir
sejenak terlelap karena desau angin memabukkan
bahkan tak sadar bahwa telah tercerai menjadi titik hujan

mungkin angin paling bebas
dan disana pula...
bergerak lincah menyusup diantara ketiak langit
menerbangkan segenap rusuk-rusuknya
sambil berkata, "AKU HEBAT"

ya masih saja disana...
aku tetap berdongeng seperti biasa
kadang juga bernyanyi
tapi paling sering berkhayal...

dan di sana ituuu...
aku rasakan dingin, tapi aku suka
dan aku ingin berbagi kepadamu
terutama sebentuk hati yang kusulam sendiri

lihat disana...
itu disana...
tidakkah kau lihat ke arah mana telunjukku??

Bintang Terbang Berkeliling

"Papah, lihat apa yang ku temukan!" seru Prita, setengah berlari. Ayahnya mendekat dengan penasaran. Melihat dengan seksama benda kecil di tangan anak semata wayangnya.
"Lihat, pah. aku menemukannya di sela-sela rumput. kasihan..." ujarnya sambil terus mengusap benda itu dengan ujung jarinya. "Pah, aku ingin menyimpan sinarnya dan memeliharanya. boleh kan?"
Ayahnya tersenyum. Mengusap rambut berponi itu dengan penuh cinta. "Anakku sayang, kamu suka sinarnya ya?"
Prita mengangguk, mengiyakan kata-kata ayahnya. Mata polosnya mengedip manja. Memohon ayahnya mengabulkan keinginannya.
"Dia memang masih bersinar, tetapi redup. lihat, tubuhnya pun lemah. bahkan ta bergerak" jelas sang ayah lembut. "tapi,pah. dia cuma kecapekan terbang. nanti kalo sudah istirahat, pasti sinarnya menerangiku." sanggah prita.
Ayah mengambil benda kecil itu dan menaruhnya di meja. "Lihat,nak. dia sudah tidak bergerak. bahkan sinarnya mulai hilang."
Prita mengikuti telunjuk ayahnya. Menatap dengan penuh cemas."Apa dia sudah mati?"
"Kita cari sinar yang lain saja ya" kata sang ayah, bijak.
Prita menunduk dan terdiam. "aku suka sinarnya yang kerapkali ku lihat terbang berkeliling taman. aku ingin sinarnya menerangi kamarku, menemani kesepianku dan menghibur gundahku,pah"
"sayang, kadang sesuatu yang kita sukai tak dapat kita raih. bahkan ketika sesuatu itu dapat kita punyai,namun dia tak bisa membersamaimu karena tak sanggup. kadang kita merasa mampu merawatnya, namun ternyata kita malah menyakitinya. "

Prita diam dan mengangguk.
Kemudian dia berjalan menuju pintu sambil membawa sinar yg mulai menghitam di tangannya. "Mau kemana, nak?" tanya Ayah. "Aku ingin memberikan yang terbaik untknya, menguburkannya dengan layak dan mendoakannya. semoga dia tetap bersinar di alam barunya."
"Ayo papah bantu!"
mereka berdua berjalan menuju taman belakang rumah, dimana seringkali bintang-bintang menari terbang berkeliling.


*dan dia membawa lenteranya tuk terangi malam-malamku
beterbangan di sekeliling gelapku
namun tak dapat ku sentuh
karena lincah sinarnya akan redup jika di tanganku