Puisi Pengantar Mimpi

hanya berpaut sepi diujung malam
seharusnya aku tak disini
menanti hal yang tak seharusnya ku nanti

rasa kantukku yang tak kunjung datang

seharusnya aku bangga,
agar aku bisa meneruskan bernyanyi
mencelotehkan segala rasa yang tlah binasa
menuliskan semua beban yang tlah menekan

tapi,
hanya jangkrik kecil penawar sunyi
memastikan dirinya ratu malam ini
mencintai malam dengan sepenuh jiwa
meski raganya menyembunyi dibalik kegelapan

ahhh...seonggok daging ini masih terus berkoar
merintih menguap tanpa kantuk yang sangat
mana hasilmu?
tidakkah seharusnya koordinasi otakmu dengan tangan mencipta suatu teori?
kenapa engkau berpuisi bersama malam yang kunjungannya selalu pekat

hmmm...setidaknya aku belajar bicara pada langit
agar dia menjawab interogasi singkatku
dimana tersembunyi bintang itu?
diculik oleh mega hitam ataukah menunggui sang bulan yang sedang sekarat
aku tak berani berspekulasi dengan memanggilnya dan memintanya datang
karena tak mungkin dia mendengar

desah nafas malam semakin berat dalam buai dingin yang menusuk
saatnya untuk kembali menyulam cerita
menguatkan imajinasi liar yang bebas berekspresi
yang tak pernah terkekang aturan-aturan kaku
aku dan malam akan bersatu
menyusup di kolong langit
mengintip di ujung sakit
kembali menyusun imaji yang melejit

let's go to nightmare!

Tidak ada komentar: