Ocehan Kecil Perindu Bahagia

Kadang kala, secuil batu menyapa kakimu, meski kau tak peduli dan kemudian menginjaknya.
Sama halnya ketika kau tak acuhkan bisikan lirih sang angin sebelum akhirnya matamu terpapar debu.

Tak ada yang bisa sempurna. Menyukai dan mencintai adalah fitrah, tapi memiliki bukan tujuannya.
Hanya secuil batu atau selaksa angin, asal tetap bersamamu atau mungkin sekedar lewat tanpa kau pedulikan. Tapi aku senang, karena secuil batu pun masih sempat menyapamu sebelum remuk terinjak ketidakpedulianmu.

Lepas dari semua itu, aku rasa aku sudah cukup jauh pergi. Meninggalkan kenangan secuil batu dan selaksa angin lirih.
Semua tersibak maya, oleh sesiapa yang merenung dan mencukupkan mata untuk berbasah.

Langkahku terangkat lagi. Bukan menjadi secuil batu yang pasrah kau injak, atau sekedar angin lirih yang lewat di belakang tengkuk. Langkahku terangkat lagi, lebih tegap, lebih siap. Untuk tetap menemukan bahagiaku sendiri, ada atau tanpamu.


*empat tahun cukup lama untuk sekedar menyimpan sobekan kertas sisa terbakar*

Tidak ada komentar: